Air
Mata Konstelasi
Pukul sebelas malam lewat lima belas menit, aku terbangun
oleh suara bising mesin kapal yang tiba-tiba berbeda dari sebelumnya. Sedikit
terganggu, aku pun keluar dari kamar menuju kabin untuk mencari pekerja dek kapal.
Suasana kabin yang lengang, pemandangan langit malam yang indah, cukup
membuatku terdiam diri selama beberapa waktu.
Aku yakin melihat langit dari atas kamar pasti lebih
indah. Perlahan, aku memutuskan untuk berjalan menuju atas kamar dan melupakan
tujuan semula. Kemana saja aku selama ini, ternyata malam hari lebih enak
dihabiskan di luar ruangan daripada hanya sekadar have fun di klub
malam. Aku terdiam di ujung pembatas pagar setelah mengelilingi tempat ini, walaupun
tempatnya kecil dan sepertinya hanya digunakan untuk beberapa orang saja,
tetapi pasti tempat ini selalu ada yang menghampiri. Aku meyakini itu setelah
melihat beberapa kursi pantai berjejer tanpa dirapikan kembali. Perasaanku jauh
lebih baik setelah menghirup napas panjang dengan mata tertutup lalu
menghembuskannya kembali. Sungguh menenangkan. Rasanya aku ingin malam lebih
lama dari biasanya. Aku sangat merindukan suasana hati seperti sekarang ini.
Suara ombak lautan menambah kesan syahdu malam ini.
“Konon katanya, rasi bintang yang dapat dilihat oleh mata
telanjang hanya dapat muncul sekali dalam setahun. Dan hanya jika kau
beruntung.” Seseorang tiba-tiba muncul dan berada tepat disampingku. Saat aku
menoleh, dia tersenyum. Manis sekali. Namun, rasa takjubku melihat rasi bintang
membuatku tak peduli siapa dia dan tak peduli akan senyuman manisnya. “Orion,
Gemini, Taurus. Dapat dilihat di musim dingin seperti sekarang ini.” Tambahnya
lagi.
“Kenapa?” Tanyaku kepada sosok asing itu.
“Karena sebagian besar rasi bintang tidak dapat dilihat
secara langsung kecuali di penghujung tahun, nona cantik.” Dia mengerling dan
tersenyum kepadaku. Orang asing yang tidak aku ketahui asal usulnya itu
mengajakku bicara dan memanggilku cantik. Sepertinya dia salah satu pria yang
mudah merayu wanita, seperti di klub malam. Secara refleks alisku mengernyit,
keheranan.
“Aku tidak mudah merayu kok. Aku hanya tak tahu harus
menyapamu dengan sebutan apa karena aku belum mengenalmu.” Suara maskulinnya
terdengar seperti menahan tawa. Hebat sekali dia bisa membaca pikiranku. “Aku
sudah ada disini sebelum kau, nona cantik. Ini malam pertamaku di kapal. Wajar
saja jika aku tidak nyaman, bukan?” Alasan yang cukup masuk akal juga.
“Kau tidak mabuk?” Tanyaku lagi. Dengan jelas aku melihat
dia dengan cepat menggelengkan kepalanya. Aku jadi teringat hari pertamaku di
kapal ini. Aku terbujur kaku di atas kasur karena mabuk laut. Dan aku tak bisa
menikmati pemandangan selama seminggu.
Setelah menggelengkan kepalanya, dia tersenyum. Kedua
lesung pipinya sangat jelas terbentuk kali ini. Padahal aku sangat lemah
melihat sesuatu yang manis dan juga indah. Pria ini sukses membuatku tersipu.
Semoga saja dia tak menyadarinya.
“Seharusnya aku memperkenalkan diri terlebih dahulu
sebelum memulai percakapan denganmu beberapa menit yang lalu, nona cantik. Aku,
Sean Draco Achilles dan kau dapat memanggilku Draco.” Dia mengulurkan tangan
kanannya kepadaku berharap aku membalasnya.
“Sherryl Cassiopeia.” Aku melepaskan jabatan tangannya
setelah menyebutkan namaku. Haruskah aku takut pada orang asing ini sekarang?
Tetapi senyumannya sangat memukau yang mengakibatkan aku tak merasa takut
sedikitpun.
“Pantas saja kau menyukai langit malam yang gemerlap.
Namamu juga diambil dari rasi bintang kan, Ratu Ethiopia?” Aku menatapnya.
Bagaimana dia bisa tahu bahwa namaku merupakan salah satu rasi bintang? Apakah
mungkin dia menghafal semua arti nama arsi bintang? Yang jumlahnya saja aku tak
tahu berapa.
“Aku hanya menghafal arti nama rasi bintang modern, Cas.
Namun, aku menghafal semua titik yang terbentuk dari rasi bintangnya.” Dia
memang pandai membaca pikiranku. Dengan mudahnya dia menyapaku dengan sapaan
teman akrabku, dan tersenyum setelahnya. Sungguh manis sekali.
Tetapi, sepertinya lebih baik aku diam saja dan menikmati
indahnya malam ini. Karena tengah malam nanti aku harus kembali ke kamar dan
melanjutkan tidurku agar dapat menjalankan hari esok dengan baik. Semoga aku tertidur
dengan cepat tanpa harus mengingat lesung pipi Draco yang sangat manis. Entah
apa yang dipikirkannya, dia tersenyum sedari awal kita bertatap muka. Bahkan,
dia masih tetap tersenyum sembari melihat langit malam dan luasnya lautan. Dia
ini memang suka tersenyum atau mencari perhatian sih?!
“Boleh aku sedikit bercerita, Cas?” Dia bertanya padaku
tanpa menoleh sedikitpun. “Kau tahu mengapa ratu Cassiopeia menjadi sangat
sombong akan kecantikannya?” Aku terdiam sejenak dan menggelengkan kepala.
“Kau pasti sudah tahu kisah Raja Cepheus dengan Ratu
Cassiopeia, kan? Mereka dikaruniai seorang putri cantik bernama Andromeda. Namun,
kau pasti tak mengetahui masa lalu Ratu Cassiopeia. Konon, Ratu Cassiopeia
sempat dikurung selama beberapa tahun di pegunungan Bale, Ethiopia Selatan bersama
manusia yang dikutuk menjadi seekor naga berwarna putih dan bernama Draco.
Selama di pegunungan, kehidupan Ratu Cassiopeia didukung oleh Draco. Di malam
hari, Draco akan berubah menjadi naga dan mencari sumber makanan di desa dan
siangnya Draco akan menjadi manusia untuk mendampingi Ratu Cassiopeia
menjalankan aktivitas. Mereka jatuh cinta dan memutuskan untuk bersama
selamanya.” Ujarnya.
“Lalu, mengapa mereka tidak bersama?” Aku kebingungan.
Jika mereka saling mencintai, mengapa mereka harus berpisah?
“Karena mencintai tidak harus mengikat, Cas. Jika Draco
ingin bersama Ratu Cassiopeia maka, dia harus menjauhkan Ratu Cassiopeia dari
kehidupan aslinya, bukan?” Aku terdiam dengan menatap Draco intens, berharap
Draco menyelesaikan ceritanya dan menghilangkan semua rasa penasaranku.
“Cinta Draco untuk Ratu Cassiopeia sangatlah besar. Dia
merelakan Ratu Cassiopeia untuk mengekspresikan diri sesuai keinginannya. Pada
awalnya, Ratu Cassiopeia tidak ingin berpisah dengan Draco. Namun, Ratu
Cassiopeia luluh dan akan meninggalkan Draco dengan satu syarat yakni Ratu Cassiopeia
ingin kembali ke pelukan Draco dengan cara membuat kesalahan fatal yang akan
membuat Dewa murka agar dapat dikutuk menjadi naga layaknya Draco.”
Kini aku mengerti. Alasan Ratu Cassiopeia menjadi angkuh.
Dewa Neptunus pun mengabulkannya melalui bencana banjir yang menyerang
kerajaan. Walaupun pada akhirnya takdir berkata lain dan Ratu Cassiopeia tidak
dikutuk menjadi naga serta keangkuhannya menghilang karena keberanian
Andromeda, aku yakin Ratu Cassiopeia sudah berjuang sekeras tenaga agar dapat kembali
bersama Draco. Aku menoleh kea rah Draco disertai anggukan dan senyum tipis.
“Dan itulah yang harus aku lakukan kepadamu, Cas.”
“Apa maksudmu?” Aku bertanya dengan perasaan aneh.
“Aku harap ingatanmu pulih, Cas. Kau terbaring di kasur
bukan karena mabuk, tetapi karena kau amnesia setelah kecelakaan mobil
bersamaku. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Oleh karena itu, aku akan
membiarkanmu mengejar semua anganmu dan menemukan pria baik yang dapat
menuntunmu lebih baik lagi. Tujuanku naik kapal ini sudah tercapai.” Ujar
Draco.
Kalimat
Draco tak dapat dimengerti olehku. Jadi, selama ini aku hilang ingatan? Dan
Draco merupakan pria yang aku cintai? Bagaimana bisa aku berada di kapal? Draco
bagaimana? Banyak hal yang ingin aku tanyakan padanya. Namun, sedetik kemudian
Draco menghilang. Tidak ada disebelahku. Dia sudah berjalan pergi hendak
menuruni tangga.
“Draco..”
“Draco…”
“Draco!!!”
Draco
menghiraukanku. Dia membiarkanku kebingungan sendiri dengan
pertanyaan-pertanyaan yang tak ku ketahui jawabannya. Aku meratapi punggung
Draco dari kejauhan. Tak terasa air mataku menetes setelah beberapa ingatan
bersama Draco muncul di kepalaku. Ternyata, aku juga sangat mencintainya.
-Cerita Pendek Mahestory-
😞😭 sooo sweet and sadddd story........
BalasHapus