Rabu, 04 Maret 2020

Air Mata Konstelasi


Air Mata Konstelasi


            Pukul sebelas malam lewat lima belas menit, aku terbangun oleh suara bising mesin kapal yang tiba-tiba berbeda dari sebelumnya. Sedikit terganggu, aku pun keluar dari kamar menuju kabin untuk mencari pekerja dek kapal. Suasana kabin yang lengang, pemandangan langit malam yang indah, cukup membuatku terdiam diri selama beberapa waktu.

            Aku yakin melihat langit dari atas kamar pasti lebih indah. Perlahan, aku memutuskan untuk berjalan menuju atas kamar dan melupakan tujuan semula. Kemana saja aku selama ini, ternyata malam hari lebih enak dihabiskan di luar ruangan daripada hanya sekadar have fun di klub malam. Aku terdiam di ujung pembatas pagar setelah mengelilingi tempat ini, walaupun tempatnya kecil dan sepertinya hanya digunakan untuk beberapa orang saja, tetapi pasti tempat ini selalu ada yang menghampiri. Aku meyakini itu setelah melihat beberapa kursi pantai berjejer tanpa dirapikan kembali. Perasaanku jauh lebih baik setelah menghirup napas panjang dengan mata tertutup lalu menghembuskannya kembali. Sungguh menenangkan. Rasanya aku ingin malam lebih lama dari biasanya. Aku sangat merindukan suasana hati seperti sekarang ini. Suara ombak lautan menambah kesan syahdu malam ini.

            “Konon katanya, rasi bintang yang dapat dilihat oleh mata telanjang hanya dapat muncul sekali dalam setahun. Dan hanya jika kau beruntung.” Seseorang tiba-tiba muncul dan berada tepat disampingku. Saat aku menoleh, dia tersenyum. Manis sekali. Namun, rasa takjubku melihat rasi bintang membuatku tak peduli siapa dia dan tak peduli akan senyuman manisnya. “Orion, Gemini, Taurus. Dapat dilihat di musim dingin seperti sekarang ini.” Tambahnya lagi.

            “Kenapa?” Tanyaku kepada sosok asing itu.

            “Karena sebagian besar rasi bintang tidak dapat dilihat secara langsung kecuali di penghujung tahun, nona cantik.” Dia mengerling dan tersenyum kepadaku. Orang asing yang tidak aku ketahui asal usulnya itu mengajakku bicara dan memanggilku cantik. Sepertinya dia salah satu pria yang mudah merayu wanita, seperti di klub malam. Secara refleks alisku mengernyit, keheranan.

            “Aku tidak mudah merayu kok. Aku hanya tak tahu harus menyapamu dengan sebutan apa karena aku belum mengenalmu.” Suara maskulinnya terdengar seperti menahan tawa. Hebat sekali dia bisa membaca pikiranku. “Aku sudah ada disini sebelum kau, nona cantik. Ini malam pertamaku di kapal. Wajar saja jika aku tidak nyaman, bukan?” Alasan yang cukup masuk akal juga.

            “Kau tidak mabuk?” Tanyaku lagi. Dengan jelas aku melihat dia dengan cepat menggelengkan kepalanya. Aku jadi teringat hari pertamaku di kapal ini. Aku terbujur kaku di atas kasur karena mabuk laut. Dan aku tak bisa menikmati pemandangan selama seminggu.

            Setelah menggelengkan kepalanya, dia tersenyum. Kedua lesung pipinya sangat jelas terbentuk kali ini. Padahal aku sangat lemah melihat sesuatu yang manis dan juga indah. Pria ini sukses membuatku tersipu. Semoga saja dia tak menyadarinya.

            “Seharusnya aku memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum memulai percakapan denganmu beberapa menit yang lalu, nona cantik. Aku, Sean Draco Achilles dan kau dapat memanggilku Draco.” Dia mengulurkan tangan kanannya kepadaku berharap aku membalasnya.

            “Sherryl Cassiopeia.” Aku melepaskan jabatan tangannya setelah menyebutkan namaku. Haruskah aku takut pada orang asing ini sekarang? Tetapi senyumannya sangat memukau yang mengakibatkan aku tak merasa takut sedikitpun.

            “Pantas saja kau menyukai langit malam yang gemerlap. Namamu juga diambil dari rasi bintang kan, Ratu Ethiopia?” Aku menatapnya. Bagaimana dia bisa tahu bahwa namaku merupakan salah satu rasi bintang? Apakah mungkin dia menghafal semua arti nama arsi bintang? Yang jumlahnya saja aku tak tahu berapa.

            “Aku hanya menghafal arti nama rasi bintang modern, Cas. Namun, aku menghafal semua titik yang terbentuk dari rasi bintangnya.” Dia memang pandai membaca pikiranku. Dengan mudahnya dia menyapaku dengan sapaan teman akrabku, dan tersenyum setelahnya. Sungguh manis sekali.

            Tetapi, sepertinya lebih baik aku diam saja dan menikmati indahnya malam ini. Karena tengah malam nanti aku harus kembali ke kamar dan melanjutkan tidurku agar dapat menjalankan hari esok dengan baik. Semoga aku tertidur dengan cepat tanpa harus mengingat lesung pipi Draco yang sangat manis. Entah apa yang dipikirkannya, dia tersenyum sedari awal kita bertatap muka. Bahkan, dia masih tetap tersenyum sembari melihat langit malam dan luasnya lautan. Dia ini memang suka tersenyum atau mencari perhatian sih?!

            “Boleh aku sedikit bercerita, Cas?” Dia bertanya padaku tanpa menoleh sedikitpun. “Kau tahu mengapa ratu Cassiopeia menjadi sangat sombong akan kecantikannya?” Aku terdiam sejenak dan menggelengkan kepala.

            “Kau pasti sudah tahu kisah Raja Cepheus dengan Ratu Cassiopeia, kan? Mereka dikaruniai seorang putri cantik bernama Andromeda. Namun, kau pasti tak mengetahui masa lalu Ratu Cassiopeia. Konon, Ratu Cassiopeia sempat dikurung selama beberapa tahun di pegunungan Bale, Ethiopia Selatan bersama manusia yang dikutuk menjadi seekor naga berwarna putih dan bernama Draco. Selama di pegunungan, kehidupan Ratu Cassiopeia didukung oleh Draco. Di malam hari, Draco akan berubah menjadi naga dan mencari sumber makanan di desa dan siangnya Draco akan menjadi manusia untuk mendampingi Ratu Cassiopeia menjalankan aktivitas. Mereka jatuh cinta dan memutuskan untuk bersama selamanya.” Ujarnya.

            “Lalu, mengapa mereka tidak bersama?” Aku kebingungan. Jika mereka saling mencintai, mengapa mereka harus berpisah?

            “Karena mencintai tidak harus mengikat, Cas. Jika Draco ingin bersama Ratu Cassiopeia maka, dia harus menjauhkan Ratu Cassiopeia dari kehidupan aslinya, bukan?” Aku terdiam dengan menatap Draco intens, berharap Draco menyelesaikan ceritanya dan menghilangkan semua rasa penasaranku.

            “Cinta Draco untuk Ratu Cassiopeia sangatlah besar. Dia merelakan Ratu Cassiopeia untuk mengekspresikan diri sesuai keinginannya. Pada awalnya, Ratu Cassiopeia tidak ingin berpisah dengan Draco. Namun, Ratu Cassiopeia luluh dan akan meninggalkan Draco dengan satu syarat yakni Ratu Cassiopeia ingin kembali ke pelukan Draco dengan cara membuat kesalahan fatal yang akan membuat Dewa murka agar dapat dikutuk menjadi naga layaknya Draco.”

            Kini aku mengerti. Alasan Ratu Cassiopeia menjadi angkuh. Dewa Neptunus pun mengabulkannya melalui bencana banjir yang menyerang kerajaan. Walaupun pada akhirnya takdir berkata lain dan Ratu Cassiopeia tidak dikutuk menjadi naga serta keangkuhannya menghilang karena keberanian Andromeda, aku yakin Ratu Cassiopeia sudah berjuang sekeras tenaga agar dapat kembali bersama Draco. Aku menoleh kea rah Draco disertai anggukan dan senyum tipis.

            “Dan itulah yang harus aku lakukan kepadamu, Cas.”

            “Apa maksudmu?” Aku bertanya dengan perasaan aneh.

            “Aku harap ingatanmu pulih, Cas. Kau terbaring di kasur bukan karena mabuk, tetapi karena kau amnesia setelah kecelakaan mobil bersamaku. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Oleh karena itu, aku akan membiarkanmu mengejar semua anganmu dan menemukan pria baik yang dapat menuntunmu lebih baik lagi. Tujuanku naik kapal ini sudah tercapai.” Ujar Draco.

Kalimat Draco tak dapat dimengerti olehku. Jadi, selama ini aku hilang ingatan? Dan Draco merupakan pria yang aku cintai? Bagaimana bisa aku berada di kapal? Draco bagaimana? Banyak hal yang ingin aku tanyakan padanya. Namun, sedetik kemudian Draco menghilang. Tidak ada disebelahku. Dia sudah berjalan pergi hendak menuruni tangga.

“Draco..”

“Draco…”

“Draco!!!”

Draco menghiraukanku. Dia membiarkanku kebingungan sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak ku ketahui jawabannya. Aku meratapi punggung Draco dari kejauhan. Tak terasa air mataku menetes setelah beberapa ingatan bersama Draco muncul di kepalaku. Ternyata, aku juga sangat mencintainya.

-Cerita Pendek Mahestory-

1 komentar:

Memulai Kuarter Tiga

"Kukira kita asam dan garam, d an kita bertemu di belanga.. K isah yang ternyata tak seindah itu.." Begitulah lirik lagu dari Tulu...